IP

Entri Populer

05 Maret, 2009

Lailahaillallah Muhammadarrasulullah

"Lailahaillallah Muhammadarrasulullah"

Alhabib Ali "sound" - Majelis Rasulullah
di Nurul Taaj Minggu 18 Januari 2009






Tanggapan Penolakan Atas Siksa Kubur

Tanggapan Atas
Penolakan Siksa Kubur







Tentang Maulid Nabi Muhammad SAW

Tanggapan seputar pertanyaan2 mengenai
Maulid Nabi Muhammad SAW







16 Februari, 2009

Munajat Dalam Kegelapan

"Munajat Dalam Kegelapan"
Tulisan Habib Munzir bin Fuad Almusawa disadur dari majelisrasulullah.org
http://majelisrasulullah.org/index.php?option=com_content&task=view&id=49&Itemid=30

Ketika sanubariku keruh dan terbenam dalam gelapnya kesulitan dan kesempitan, sanubariku meraung menahan sakitnya benturan benturan permasalahan yg bagaikan hujan lebat terus mendera tubuhku, aku berusaha menghindar dan menyelamatkan diri, namun hantaman hantaman kesulitan tindih menindih membuatku roboh tak berdaya, panca inderaku gelap tak memiliki rasa, mataku terbuka dan seluruh pemandangan berubah menjadi selubung pekat yg mengerikan, telingaku mendengar suara suara namun mendadak bagaikan dihambat dengan ketulian yg kelam, alam pemikiranku lumpuh, kedua telapak tangan dan jari jariku bergetar, hatiku bagai hangus terbakar oleh gemuruh lahar kerisauan..

Apa yg bisa kuperbuat..?, aku tidak tahu, semua jalan keluar yg kutempuh tertutup rapat.., semua orang masa bodoh atas kesulitan dan raunganku, seakan aku hidup sendiri di alam ini..

Aku rebah terhenyak tiba tiba terdengarlah suara lirih dari Firman Tuhanku.. 'WA NAADAA FIDHULUMAAT.. AN LAA ILAAHA ILLA ANTA.., SUBHANAKA INNIY KUNTU MINADDHAALIMIIN.., FASTAJABNAA LAHU WANAJJAYNAAHU MINAL GHAMMI WAKADZAALIKA NUNJIYYIL MU'MININ'.. Aku tersentak kaget.. ah.. Kisah Yunus as.., ketika Allah swt menceritakannya dengan jelas, 'DAN DIA (Yunus) MEMANGGIL (KU) DALAM KEGELAPAN.. BAHWA TIADA TUHAN SELAIN ENGKAU, MAHA SUCI ENGKAU.. SUNGGUH AKU TERMASUK ORANG YG DHALIM.., MAKA KAMI MENJAWAB DOANYA, DAN KAMI MENYELAMATKANNYA DARI KEGUNDAHAN DAN PERMASALAHAN DAN DEMIKIAN PULA KAMI MENYELAMATKAN ORANG ORANG MUKMIN' (Al Anbiya 87)

Betapa sempit dan adakah lagi kesempitan dan kebingungan lebih dari yg menimpa Nabiyallah Yunus as saat itu?, ditelan oleh seekor ikan raksasa dan hidup merangkak didalam perut hewan itu.. betapa busuknya.. betapa gelapnya.. betapa sempit dan kalutnya Yunus as saat itu, ditelan oleh seekor ikan besar dan dibawa kepada kedalaman Samudera raya..

Ia tak mungkin memanggil siapapun, tak pula bisa berbuat apapun.. namun cerita ini dikisahkan kembali oleh Nya seakan Dia berseru : Akulah Raja Tunggal Maha Penguasa Kegelapan Samudera, Akulah yang Maha Menemaninya saat ia dalam kesendirian, Aku Maha Tunggal Mendengar tangisannya yg terbenamkan dalam pekatnya Samudera, Masihkah ada selainku yg mendengar panggilannya? Saat itu memang sudah tak ada lagi yg bisa diharapkan selain Nya, maka Dia menceritakannya dengan indah : 'Maka ia Memangil manggil Ku dalam kegelapan..', kegelapan perut ikan, kegelapan perasaan, kegelapan masalah yg terpekat.. ' ia memangil manggil Ku dalam kegelapan.. Tiada Tuhan Selain Mu, Maha Suci Engkau, sungguh aku dari kelompok hamba yg dhalim..?,

Tak ada keselamatan dari Siksa Nya selain dengan Kalimat Tauhid, sebagaimana Hadits Qudsiy yg berbunyi : 'Laa ilaaha illallah adalah Benteng Ku, barangsiapa yg mengucapkannya maka ia masuk dalam benteng Ku, barangsiapa masuk dalam benteng Ku maka ia aman dari siksa Ku'.

Maka Yunus as memulai doanya, memanggil mangil Maha Raja Penguasa Samudera Kegelapan dan Maha Menemani setiap kesendirian, Maha Raja Yang Menciptakan Terang Benderang dan Kegelapan di Kerajaan Alam Semesta, ia memulai doanya dengan 'Laa ilaaha illan anta' Tiada Tuhan selain Engkau.. Lalu Yunus meneruskan doanya dengan mensucikan Allah..bertasbih kepada Allah.. Dia Yang Tak satupun menghalangi Pandangan Nya, Maha Suci Raja Yang selalu disucikan selamanya oleh sekalian Alam.., dan Dia pula telah berfirman : 'KALAU BUKAN KARENA IA (Yunus) ORANG YG SUKA BERTASBIH MENSUCIKAN ALLAH, NISCAYA IA AKAN TETAP DIDALAM PERUT IKAN ITU HINGGA HARI KEBANGKITAN'.

Maka Yunus meneruskan doanya dengan kalimat SUBHANAKA maha suci Engkau.. Inniy kuntu minaddhaalimiin.. sungguh aku termasuk golongan orang yg dhalim.. (Yunus as marah dan meninggalkan ummatnya sebelum diizinkan Allah), Ia mengadu, mengaku, dan berharap cemas semoga Maha Pemelihara Tunggal ini masih memaafkannya, maka Dia Allah meneruskan firman Nya, MAKA KAMI TERIMA SERUANNYA, DAN KAMI MENYELAMATKANNYA DARI KESULITAN.. Ah, betapa tak berartinya seluruh musibahku ini dibanding orang yg ditelan hewan raksasa lalu dibawa tenggelam ke Dasar Samudera.. muncul harapan dihatiku.. berarti aku harus banyak mengucapkan kalimat Tauhid, Tasbih dan mengakui kesalahanku pada Nya, Niscaya Dia akan menolongku dari kesulitan ini.. Tiba tiba batinku merintih lagi.. ah.. tak mungkin.. itukan untuk Nabi Yunus.., siapakah aku hingga akan pula akan ditolong Allah?, ini hanyalah kekhususan Yunus as, Nabi Allah, tiba tiba aku teringat akhir ayat itu.. WA KADZALIKA NUNJIYYIL MU'MINIIIN, dan begitupula kami menyelamatkan orang orang yg mukmin?

Maha Suci Engkau Wahai Menyingkap kegelapan malam dan membuatnya terang benderang, beribu hati gelap dan pekat telah pula kau singkapkan kesedihan mereka dengan pengabulan doa hingga hati gelap dan kelam itu berubah menjadi terang benderang dengan kegembiraan oleh Matahari Keluhuran Mu.. Kau simpan rahasia kelembutan Mu dalam ayat pendek ini.., bahwa Kau Maha Siap mengulurkan jari jari takdir kelembutan yg memutus rantai rantai takdir Mu yg mencekik dan menghanguskan sanubari ini dengan Munajat dan Doa kami, sebagaimana Hadits Nabi Mu SAW, 'Tiadalah Yang Mampu menolak ketentuan Nya, selain Doa'. Hanya doa dan rintihan di Pintu Kemegahan Mu yang akan menyingkirkan segala kesulitan ini..

Maka aku bermunajat Sebagaimana Munajat Nabiku Muhammad SAW : Wahai Allah, Demi orang orang yg bermunajat meminta kepada Mu, Demi orang orang yang bersemangat menuju keridhoan Mu, dan juga demi doa Yunus as dan seluruh pemilik sanubari luhur yg menginjak Bumi Mu dari zaman ke zaman, Demi berjuta telapak tangan yg telah terangkat bermunajat pada Mu, Demi Doa Yunus ketika didalam perut hewan raksasa di dasar Samudera.. Yang sebab doanya lah kau bukakan Rahasia pertolongan Mu, dan demi Keteguhan Ibrahim as yg membuat api Namrud menjadi tunduk dan dingin.. dan Demi Munajat Nabi Muhammad SAW, yg merupakan Munajat Terluhur dari seluruh Munajat Hamba Mu di Kerajaan Alam Semesta, bebaskan Aku dari segala kesempitan.., bebaskan aku dari dasar samudera kesulitan yg membuatku tenggelam dan Buta dari kegembiraan, yg membuatku ditelan oleh dosa dan merangkak diperut dosa yg penuh dg busuknya bangkai kehinaan dalam keadaan Lumpuh dari harapan, akulah hamba yg merangkak diperut dosa.. ditenggelamkan ke dasar Samudera kesulitan memanggil manggil Nama Agung Mu.. memanggil manggil satu satunya gerbang harapan bagi para pendosa.. selamatkan aku dari segala kesulitan. Tiada Tuhan Selain Engkau.. aku tak akan menyembah selain Mu.. tak pula akan sujud pada selain Mu.. penghambaanku hanya untuk Mu.. tak pula akan memilih Tuhan Lain selain Mu.. bila muncul dihadapanku Tuhan lain dengan menyiapkan seluruh kenikmatan dan kemewahan abadi diahadapanku.. niscaya kuhempaskan dan kutolak seluruh anugerahnya, aku akan berpaling dan berlari kepada Mu.. Menuju Tuhanku Yang Maha Tunggal Tetap Engkau Maha Tunggal Tuhanku.. hanya Engkau Rabbiy.. hanya Engkau Pilihanku.. hanya Engkau.. Maha Suci Engkau dengan segala kesucian.. maka singkirkanlah segala kesulitan ini sebagaimana Ibu yg menepiskan bekas noda dari wajah bayinya.. Rabbiy Rabbiy.. Sungguh aku telah berbuat kedhaliman.. sungguh aku telah mengingkari perintah Mu.. namun kemana aku akan pergi menyelamatkan diri kalau bukan kepada Mu? Demi Keluhuran Muhammad SAW.. Demi Munajat Muhammad SAW.. Demi Keindahan Muhammad SAW? Demi Kewibawaan Muhammad SAW.. Demi Mukjizat Muhammad SAW.. Demi Syafaat Muhammad SAW.. Yang kesemua itu mencerminkan Keindahan Mu dan Kesempurnaan Mu Rabbiy, Maka Maha Suci Engkau dan segala Puji atas Mu Tuhan sekalian Alam..

Meredam Kemurkaan Ilahi

Meredam Kemurkaan Ilahi
Tulisan Habib Munzir bin Fuad Almusawa disadur dari majelisrasulullah.org
http://majelisrasulullah.org/index.php?option=com_content&task=view&id=45&Itemid=30

Seorang pria muda (sebutlah ia bernama amir) mendengar hadits-hadits dan ayat tentang mulianya bersedekah di jalan Allah, betapa mulianya ber infaq dengan shadaqatussir (sedekah secara sembunyi-sembunyi), sebagaimana hadits Rasul saw 'Sedekah dengan sembunyi sembunyi memadamkan kemurkaan Allah' (HR Thabrani dg sanad Hasan).
Maka bangkitlah di hati Amir niat luhur untuk melakukannya, ia merasa telah banyak bermaksiat dan ia merasa ibadah-ibadahnya tak cukup untuk memadamkan kemurkaan Allah swt, dan iapun mulai mengumpulkan hartanya, setiap ia mendapat untung dari pekerjaannya selalu ia sisihkan untuk bersedekah secara sembunyi-sembunyi, siang malam ia terus berusaha dengan gigih mengumpulkan uang hingga setahun lamanya, terkumpullah sejumlah uang dinar emas yang cukup banyak jumlahnya.

Malam itu Amir menaruh seluruh uangnya itu dalam kantung besar, lalu ia berpakaian gelap dan penutup wajah hingga tak seorangpun mengenalinya, ia berjalan ditengah malam yang sunyi, tiba-tiba ia melihat seorang wanita yang tertidur di emper jalan, maka ia lemparkan kantong uangnya pada tubuh si wanita, si wanita pun kaget terbangun, dan hanya menyaksikan pria bercadar itu lari terbirit-birit. Amir membatin dalam hatinya, 'ah' wanita itu pasti berharap isi kantung itu adalah makanan, namun? MASYA ALLAH?SETUMPUK UANG DINAR?!!..wah.. dia pasti gembira dan mendoakanku..Puji syukur atas Mu Rabbiy, aku lelah setahun mengumpulkan uang untuk hal ini.., semoga Engkau menjadikannya shadaqah rahasia yang kau terima..

Keesokan harinya heboh lah kampung itu dengan kabar bahwa seorang wanita pelacur mendapat sekantung uang dinar emas ketika sedang menunggu pelanggannya??!, mendengar berita itu maka Amir terhenyak lemas.. ia membatin?, Subhanallah.. pelacur.. sedekahku yang kukumpulkan setahun ternyata ditelan pelacur!, ah.. sedekahku tak diterima oleh Allah.. hanya menjadi santapan wanita pezina dan penyebab orang berzina 'audzubillah'!

Amir muram dan sedih.. namun ia tetap penasaran, ingin agar sedekahnya diterima oleh Allah dan tak salah alamat, maka ia mengumpulkan lagi harta dengan lebih gigih lagi hingga setahun lamanya, setelah harta terkumpul ia membeli sebanyak-banyaknya perhiasan emas dan berlian, terkumpullah sekarung perhiasan beragam corak dan jenis.. ah.. ia puas memandang jerih payahnya.., iapun mengulangi perbuatannya, menggunakan penutup wajah dan membawa karung perhiasan itu ditengah malam.., tiba-tiba ia melihat seorang lelaki setengah baya yang sedang berjalan ditengah malam, wajahnya tampak kusut dan penuh kegundahan, maka si Amir pun melemparkan karung itu pada si lelaki dan berkata : 'terimalah sedekahku..!', lalu iapun lari terbirit-birit, agar si lelaki itu tak mengenalinya.

Keesokan harinya kampung itu gempar, semalam ada seorang perampok yang ketiban rizki sekarung perhiasan dari lelaki misterius, ah..ah.. Amir sangat lesu.. dua tahun sudah kukumpulkan uang dengan susah payah, tapi selalu salah alamat. Namun Amir masih juga penasaran.., ia kembali kumpulkan uang.. berlanjut hingga setahun, maka ia berbuat seperti tahun yang lalu lalu, menaruh uang dinar emasnya di kantung kulit, lalu berjalan ditengah malam.. ia melihat seorang tua renta yang berjalan tertatih tatih sendirian.. nah.. ini.. pasti tak salah alamat..gumam Amir.. iapun memberikan kantung Dinar Emasnya pada Kakek itu dan lari.

Keesokan harinya kampung itu gempar lagi, seorang Kakek yang menjadi orang terkaya di kampung itu mendapat sedekah sekantung emas dinar.. maka Amir pun roboh.. ia kapok.. berarti memang ia adalah pria busuk yang sedekahnya tak akan diterima oleh Allah, 3 tahun ia berjuang namun Allah menghendaki lain.., Amir pun berdoa : 'Rabbiy kalau kau menerima sedekahku itu maka tunjukkanlah'.

Zaman terus berlanjut tanpa terasa, puluhan tahun kemudian Amir sudah tua renta, di usia senjanya ia mendengar ada dua orang ulama adik kakak, keduanya menjadi ulama besar dan mempunyai murid ribuan, kedua Ulama itu anak yatim, ayah mereka wafat saat mereka masih kecil, lalu karena jatuh miskin maka ibunya akhirnya melacur untuk menghidupi anaknya, dalam suatu malam ibunya bermunajat pada Allah : 'Rabbiy, kuharamkan rizki yang haram untuk anak-anakku, malam ini berilah aku rizki Mu yang halal, lalu Ibu itu tertidur di emper jalan, lalu ada seorang misterius yang melemparkan sekantung uang dinar emas padanya, lelaki itu menutup wajahnya dengan cadar, maka sang Ibu gembira, bertobat, dan menyekolahkan anaknya dengan uang itu dan hingga kedua anaknya menjadi Ulama dan mempunyai murid ribuan banyaknya...

Airmata menetes membasahi kedua pipi Amir yang sudah tua renta, oh.. sedekah ku itu ternyata diterima Allah.. dan pahalanya dijaga Allah hingga berkesinambungan dengan anak-anak sipelacur yang menjadi ulama dengan uang sedekahnya, dan memiliki murid ribuan pula, Maha Suci Allah.. Dia tidak menyia-nyiakan jerih payahku.. namun apa nasibnya dengan sedekahku yang tahun kedua?, belum lama Amir membatin, datang pula kabar bahwa seorang Wali Allah barusaja wafat.., dia dulunya adalah perampok, suatu malam ia dilempari sekarung perhiasan oleh pria misterius, lalu ia bersyukur kepada Allah, beribadah dan beribadah, meninggalkan kehidupan duniawi, berpuasa dan bertahajjud, hingga menjadi orang yang Shalih dan Mulia, dan wafat sebagai dengan mencapai derajat Waliyullah (kekasih Allah) dan banyak pula orang yang bertobat ditangannya.

Amir semakin cerah wajahnya dan semakin malu kepada Allah, tak lama sampai pula kabar padanya bahwa telah dibangun sebuah rumah amal, yang selalu tak pernah sepi dikunjungi para pengemis, rumah amal itu selalu membagi-bagikan hartanya pada para Fuqara, rumah amal itu didirikan oleh seorang tua renta yang kaya raya di kampung itu, ia awalnya sangat kikir, namun suatu malam ia dihadiahi sekantung uang dinar emas oleh pria misterius, iapun malu dan bertobat, lalu menginfakkan seluruh hartanya untuk rumah amal.

Amir tak tahan menyungkur sujud kehadirat Allah swt, betapa luhurnya Dia Yang Maha Menjaga Amal nya yang tak berarti hingga berlipat-lipat dan berkesinambungan, ah.. Amir benar-benar telah mencapai cita-citanya.. yaitu sabda Rasul saw : 'Sedekah secara sembunyi-sembunyi memadamkan kemurkaan Allah', dan ia mendapatkan pahala yang terus mengalir tanpa henti, bagai menaruh saham dengan keuntungan berjuta kali lipat setiap kejapnya, betapa tidak?, apalah artinya sekantung uang dinar emas dibanding pahala sujud orang yang bertobat?, sedangkan kita mendengar hadits Rasul saw : 'Dua raka'at Qabliyah Subuh lebih mulia dari dunia dan segala isinya'. Lalu bagaimana dengan pahala yang bertumpuk dari sebab amal sedekahnya yang tak berarti itu?, betapa beruntungnya si pria ini, dan betapa mulia derajatnya, dan merugilah mereka yang kikir dengan hartanya, yang merasa bahwa makan dan minumnya lebih berhak didahulukan daripada menjadikannya perantara yang mendekatkannya pada Keluhuran yang Abadi, ah.. semoga aku dan kalian dikelompokkan sebagai penanam saham untuk meneruskan tegaknya Dakwah Nabi Muhammad saw, amiin..

sumber :
-Penjelasan kitab Al Hikam oleh Al Allamah Alhabib Umar bin Hafidh, pada pesantren kilat 40 hari pada Jumaditsani 1425 H di Darulmustafa Tarim, Yemen.
-Mukhtar Al Hadits

Oh Bayiku...

Oh Bayiku...
Di sadur dari majelisrasulullah.org
http://majelisrasulullah.org/index.php?option=com_content&task=view&id=19&Itemid=30

Bu Mina sedang hamil tua, ia sedang berjalan tertatih tatih disebuah jalan, seraya selalu terbebani oleh kandungannya yang sudah besar, kemanapun ia melangkahkan kakinya, ia dibebani oleh kandungannya, dijalan, dirumah, berdiri, duduk bahkan tidurpun ia selalu terganggu oleh perutnya, hanya satu harapan yang selalu menghiburnya siang dan malam, "aku akan mendapatkan seorang anak yang akan menjadi kebanggaanku kelak", tak ada seorang ibu yang tidak bercita-cita seperti ini, iapun terus bersabar menahan segala penderitaan yang menimpanya, hingga saat-saat melahirkanpun tiba.

Malam itu hujan turun dengan derasnya, Bu Mina merasakan bahwa kandungannya akan segera lahir, suaminya, Imron berlari dikegelapan malam mencari bidan yang rumahnya agak jauh dan harus ditempuh dengan berjalan kaki, tiada yang mendorongnya untuk berlari di derasnya hujan selain keselamatan bayinya, kalau ia harus melewati lautan apipun akan ditempuhnya asalkan bayinya selamat, iapun sampai dirumah bidan yang sudah terlelap tidur, ia memaksa bidan untuk mau menolong istrinya, ia rela mengorbankan semua hartanya asalkan bidan mau menolongnya.

Bidan itu dengan enggan mengikuti Imron kerumahnya, ia melayani bidan itu lebih dari pelayanan seorang ajudan terhadap rajanya, ia memayungi bidan seakan-akan jangan sampai setetespun air hujan membasahi tubuh sang bidan, dengan penuh cemas kalau-kalau sang bidan berubah pikiran untuk membatalkan niatnya, dibiarkannya tubuh yang basah kuyup oleh derasnya hujan, mungkin apabila air hujan itu berupa batu sekalipun ia tak akan memperdulikannya.

Ketika mereka tiba ditujuan, bidanpun menyiapkan segala sesuatunya sementara Bu Mina sudah menjerit jerit menahan sakit. Waktupun berjalan dengan lambatnya, sang suami bercucuran keringat dingin menunggu keadaan yang sangat kritis, terlintas dalam pikirannya betapa indahnya kalau kepedihan sang istri dipindahkan kepadanya. Tak lama terdengarlah tangis seorang bayi yang melengking memecah kesunyian malam yang baru saja reda dari hujan lebat, tak lama bidanpun keluar memeluk sesosok bayi mungil yang masih merah, sementara sang ibu masih tak sadarkan diri, Imron menangis sambil memeluk bayi mungilnya, iapun menghadapkan dirinya kekiblat, lalu mendekatkan mulutnya ketelinga sang bayi, "Allahu Akbar.. Allahu Akbar, Allahu Akbar.. Allahu Akbar.., Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah.., Asyhadu an Laa Ilaaha Illallah.., Asyhadu anna Muhammadurrasulullah..", ia mengadzankan bayinya sambil bercucuran airmata kegembiraan.

Bayi mungil itu terus diasuh oleh ibunya tanpa mengenal waktu, sang ibu mengatur segala-galanya demi kesehatan bayinya, mengatur kapan waktu bayi itu dimandikan, dengan air yang tak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, mengatur waktu agar bayi itu terkena matahari dipagi hari, memakaikan pakaiannya, membersihkan tubuhnya, membedakinya, dan segala-galanya lebih dari perhatiannya pada dirinya sendiri, dengan penuh kasih sayang. Sepasang suami istri itu terus mengayomi anak mereka tanpa mengenal bosan, seringkali sang bayi mengganggu tidur mereka, tapi itu semua tidak mengurangi kasih sayang mereka, Mereka menuntunnya berbicara, mengenal nama-nama benda, menuntunnya berjalan, dan mengajarinya semua perilaku kehidupan.

Sang ibu sudah kehilangan waktu untuk merias dirinya, sang ayahpun lupa waktu dalam bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan bayinya. Anak merekapun tumbuh semakin besar, tidaklah sang ayah pergi meninggalkan rumah terkecuali terbayang canda anaknya dirumah, Waktupun berjalan dengan singkatnya.

Seorang lelaki tua terbaring disebuah ranjang, ia tersengal sengal menahan detik-detik sakratulmaut, disampingnya duduklah seorang pemuda berambut gondrong dengan perawakan kusam tanpa cahaya keimanan, pemuda itu tak tahu harus berbuat apa atas ayahnya yang sudah di pintu kematiannya, lelaki tua itu hanya memandangi anaknya tanpa mampu berucap apa-apa, pikirannya melayang beberapa puluh tahun yang silam, saat ia berlari-lari ditengah derasnya hujan dikegelapan malam, ia teringat ketika ia berteriak-teriak mengucapkan salam dirumah sang bidan sambil berharap sang bidan mau membantunya, ia teringat pada saat ia mencucurkan airmata kegembiraan dengan memeluk bayi mungilnya, ia teringat tatkala ia mendekap bayi mungilnya, lalu mengadzankan sikecil, lalu menidurkan bayinya dengan senandung kasih sayang.

Kini bayi mungil itu berubah menjadi pemuda gondrong berwajah kusam dan gelap dari cahaya hidayah seakan akan ia ingin berkata.., "Tak kusangka… tak kusangka.., bayi mungilku yang dulu kuadzankan dan kutimang akan seperti ini..., aku tidak mengharapkan apa-apa darimu nak.., tapi bantulah ayah yang kini sedang dipintu kematian", betapa hancur dan pilunya sang ayah yang harus menerima kepahitan hidup yang paling pedih.., menemui kematian dengan meninggalkan anak yang tidak mengenal keimanan, elaki tua itupun menemui kematiannya dengan menyedihkan, dengan seribu kekecewaan yang terus akan menemaninya dikuburnya.

Pagi hari itu seorang ibu setengah baya sedang duduk diberanda rumahnya memandangi kedatangan seorang pemuda berbaju putih dengan sarung dan peci yang masih dibasahi air wudhu sambil membawakan terompah ibunya dan menaruhnya dikaki sang ibu, seraya mencium tangan ibunya dan berkata "saya ngaji dulu bu" lalu berlari terburu-buru dan hilang dikegelapan malam, tangan sang ibu masih dibasahi bekas air wudhu anaknya, ibu itu memandangi kepergian anaknya sambil termenung, Segala puji bagimu wahai Allah, aku ridho terhadap anakku, limpahkan kasih sayang Mu atasnya.., tanpa terasa ibu itu mencucurkan airmata kegembiraan melihat keadaan anaknya..,

Maka turunlah limpahan rahmat dari Yang Maha Agung terhadap pemuda itu, terhadap ibunya dan ayahnya, mereka terus dinaungi kasih sayang Nya hingga mereka satu persatu dipanggil ke hadapan Nya.

Termasuk sosok anak yang manakah dirimu wahai pembaca....?

19 Januari, 2009

Gratis Penerbangan Al Jenaza Airlines dgn Layanan Penuh 24 jam


Di sadur dari blog Adikku, Wirdah Albar : http://baalwy.ning.com/profiles/blogs/gratis-penerbangan-al-jenaza

Bila kita akan 'berangkat" dari alam ini, ia ibarat penerbangan ke sebuah negara.
Dimana informasi tentangnya tidak terdapat dalam brosur penerbangan,
tetapi melalui Al-Qur'an dan Al-Hadist.
Di mana penerbangan bukannya dengan Garuda Airlines, Singapore Airlines,atau US Airlines, tetapi Al-Jenazah Airlines.
Di mana bekal kita bukan lagi tas seberat 23Kg, tetapi amalan yang tak lebih dan tak kurang.
Di mana bajunya bukan lagi Pierre Cardin, atau setaraf dengannya, akan tetapi kain kafan putih.
Di mana pewanginya bukan Channel atau Polo, tetapi air biasa yang suci.
Di mana passport kita bukan Indonesia , British atau American, tetapi Al-Islam.
Di mana visa kita bukan lagi sekedar 6 bulan, tetapi 'Laailaahaillallah'
Di mana pelayannya bukan pramugari jelita, tetapi Izrail dan lain-lain.
Di mana servisnya bukan lagi kelas business atau ekonomi, tetapi sekedar kain yang diwangikan.
Di mana tujuan mendarat bukannya Bandara Cengkareng, Heathrow Airport atau Jeddah International, tetapi tanah pekuburan.
Di mana ruang menunggunya bukan lagi ruangan ber AC dan permadani, tetapi ruang 2x1 meter, gelap gulita.
Di mana pegawai imigrasi adalah Munkar dan Nakir, mereka hanya memeriksa apakah kita layak ke tujuan yang diidamkan.
Di mana tidak perlu satpam dan alat detector.
Di mana lapangan terbang transitnya adalah Al Barzah
Di mana tujuan terakhir apakah Syurga yang mengalir sungai di bawahnya atau Neraka Jahannam.
Penerbangan ini tidak akan dibajak atau dibom, karena itu tak perlu bimbang.
Sajian tidak akan disediakan, oleh karena itu tidak perlu merisaukan masalah alergi atau halal haram makanan.
Jangan risaukan cancel pembatalan, penerbangan ini senantiasa tepat waktunya, ia berangkat dan tiba tepat pada masanya.
Jangan pikirkan tentang hiburan dalam penerbangan, karena anda telah hilang selera bersuka ria.
Jangan bimbang tentang pembelian tiket, karena tiket telah siap di booking sejak ruh anda ditiupkan di dalam rahim ibu.
YA!BERITA BAIK!! Jangan bimbangkan siapa yang duduk di sebelah anda. Anda adalah satu-satunya penumpang penerbangan ini. Oleh karena itu bergembiralah selagi bisa! Dan sekiranya anda bisa!
Hanya ingat! Penerbangan ini datang tanpa 'Pemberitahuan' . Cuma perlu ingat!! Nama anda telah tertulis dalam tiket untuk Penerbangan. ....
Saat penerbangan anda berangkat... tanpa doa Bismillahi Tawakkaltu 'Alallah, atau ungkapan selamat jalan. Tetapi Inalillahi Wa Inna ilaihi Rajiuun....
Anda berangkat pulang ke Rahmatullah. Mati.
ADAKAH KITA TELAH SIAP UNTUK BERANGKAT?
'Orang yang cerdas adalah orang yang mengingat kematian. Karena dengan kecerdasannya dia akan mempersiapkan segala perbekalan untuk menghadapinya. '
ASTAGHFIRULLAH, semoga ALLAH SWT mengampuni kita beserta keluarga...
Amiin
WALLAHU A'LAM

Catatan:
Penerbangan ini berlaku untuk segala umur... tanpa kecuali, maka perbekalan lebih baik dipersiapkan sejak dini..... sangat tidak bijak dan tidak cerdas bagi yang menunda-nunda mempersiapkan perbekalannya.

Kedudukan Para Sahabat Nabi SAW Dalam Al Qur'an


KEDUDUKAN PARA SAHABAT NABI SAW DALAM AL QUR’AN

Dengan memanjatkan Puji, Puja serta Syukur hanya bagi Allah Swt yang menuntun manusia ke jalan hidayah-Nya. Dengan karunia-Nya, manusia beroleh Rahmat dan Kasih Sayang-Nya. Dengan sifat Rahman dan Rahim-Nya manusia beroleh ampunan-Nya. Dengan memanggil nama-nama-Nya yang Agung lagi mulia, manusia dihujani dengan limpahan Rahmat-Nya yang lahir maupun yang batin. Dia mendekati hamba-Nya seolah Dia membutuhkan mereka. Padahal Dia tidak membutuhkan sesuatu juapun, karena seluruhnya tercipta atas kehendak-Nya jua.

Salam dan shalawat kiranya senantiasa tercurah keharibaan insan pilihan-Nya Sayyidina Muahammad Saw, serta keluarganya, kaum kerabatnya, para istrinya, dan para sahabat-sahabatnya, bahkan seluruh umat manusia yang tersentuh dan mengikuti sunnahnya hingga akhir zaman. Tiada seorangpun yang mencintainya melainkan ia telah beroleh hidayah Allah Swt. Tiada seorangpun yang memuliakan, serta meng-agungkannya kecuali mereka yang tersentuh oleh keagungan Yang Maha Agung. Dia (Allah) yang sejak zaman ajali telah memuliakan insan pilihan ini dan memerintahkan umat manusia yang mengaku beriman agar memuliakan Sayyidina Muhammad, agar mereka disentuh oleh sentuhan kasih sayang Ilahi Rabbul ‘Aalamiin.

Tulisan singkat dan ringkas ini, ditulis untuk menjawab beberapa pertanyaan jama’ah majelis ta’lim seputar wilayah para sahabat Nabi Saw menurut pandangan Al Qur’an Al Kariim. Sangat disadari bahwa tulisan ini tidak akan mampu menguak rahasia keagaungan Sayyidina Muhammad Saw beserta kebesaran, keutamaan dan kemuliaan para sahabatnya, hanya dengan mengandalkan itelektualisme serta ilustrasi sejarah didalam dunia islam semata. Karena terbukti sejarah islam yang disajikan kepada umat islam terkadang membingungkan, dan ternodai oleh kepentingan atau maksud dan tujuan tertentu, hasil akhirnya adalah karusakan “Ukhuwah Islamiyah”. Sebabnya adalah keragaman kepentingan yang bersembunyi dibalik label intektual dan sejarahwan berjubah islam yang diragukan kesejatiannya.

Kondisi seperti inilah yang menyebabkan terjadi pendangkalan terhadap pemahaman islam pada zaman kita sekarang ini. Dimana salah satu ciri pendangkalan yang dimaksud itu telah tampak secara kasat mata, ketika orang dengan tidak merasa terbebani oleh kesalahan atau kekeliruan memasuki dan menganggu wilayah kemuliaan para sahabat, para cendekiawan muslim terkemuka pada permulaan perkembangan dunia islam. (abad 1 – 5 hijriyah). Inilah masa hidupnya Sayyidina Muhammad Rasulullah Saw, serta keluarganya, istri-istrinya, para sahabat-sahabat utamanya, mereka adalah sepupunya, mertuanya bahkan menantunya. Pada periode ini juga adalah masa hidupnya orang-orang pilihan Allah, para hafidz, tabi’in, tabiit tabi’in, para imam madzhab sampai kepada para fuqaha (ahli Fiqih) muhadditsin (pemangku hadits), serta para pemikir dan ilmuan terbaik yang pernah dimiliki oleh umat Islam. Kitab-kitab dan karya mereka telah menuntun milyaran umat manusia yang datang kemudian silih berganti sehingga dapat mengenal Sayyidina Muhammad ibni Abdillah Saw, serta mengenal tauhid kepada Allah Swt.

Kita semua pada hakekatnya telah mengetahui secara sadar, bahwa upaya-upaya pengrusakan terhadap islam tidak akan pernah terwujud. Tetapi daya rusaknya akan terasa apabila umat islam diadu domba dari dalam komunitas umat islam sendiri. Artinya islam hanya dapat dikacaukan dengan menggunakan tangan umat islam lainnya. Sekalipun kita yakin seyakin-yakinnya akan janji Allah bahwa Dia (Allah) yang akan menjaga kelestarian agama-Nya – (Dienul Islam). Namun demikian kitapun harus sekuat tenaga menjaganya sesuai dengan kemampuan kita, sebagai manifestasi kepedulian kita terhadap Al Islam. Karena kita sekarang berada pada zaman dimana pengrusakan islam itu diarahkan kedalam komunitas islam itu sendiri dengan membangun subuah opini baru, dengan cara menyuguhkan pemahaman yang sangat bertolak belakang dengan kenyataan sejarah khususnya kepada tokoh-tokoh teladan umat yang hidup pada periode tersebut diatas tadi. Oleh karena itulah tulisan yang sangat terbatas ini, diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran dan jawaban bagi siapa saja, agar setiap memasuki gerbang agama dari cabang ilmu apapun supaya berpegang kepada sumber utama – Al Qur’an serta penjelasan Nabi Saw, yang mulia. Agar jangan sampai kita termasuk kepada kelompok manusia masa kini yang belajar agama dari manusia masa lampau, tetapi menghujat mereka secara membabi buta. Padahal sejatinya kita wajib berterima kasih kepada mereka sebagai wujud syukur kita kepada Allah Swt.


Ini dapat diperoleh dari berbagai tafsir Al Qur’an yang memberikan penjelasan tentang berbagai masalah dengan meriwayatkan penjelasan-penjelasan dari para pelaku sejarah yang mengetahui akan maksud, tujuan serta kejadian tertentu yang menyebabkan turunnya wahyu Allah kepada Sayyidina Muhammad Rasulullah Saw.

Menyadari keterbatasan pengetahuan yang ada pada diri kami, maka materi sebagaimana tertulis pada judul tulisan ini dibahas menurut pandangan Al Qur’an yang berbicara mengenai para sahabat Nabi Saw.

Pada Surah At-Taubah ayat: 100
Terjemahannya :
Dan orang-orang yang terdahulu - yang mula-mula (berhijrah dan memberi bantuan) dari orang-orang "Muhajirin" dan "Ansar", dan orang-orang yang menurut (jejak langkah) mereka dengan kebaikan (iman dan taat), Allah reda akan mereka dan mereka pula reda akan Dia, serta Ia menyediakan untuk mereka Syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; itulah kemenangan yang besar.

Tafsir Ibnu Katsier :
Allah Swt memberitahu tentang redha-Nya kepada orang-orang yang terdahulu dan yang pertama-tama masuk islam dari golongan Muhajirin dan Ansar, serta orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan sebaik- baiknya. Bagi mereka itu semuanya Allah menyediakan kehidupan di surga dengan segala ni’mat dan kebahagiaannya.

Menurut asy-Sya’bi, yang patut dimasukkan ke dalam golongan yang disebut “As-sabiqun al- Awalun” ialah mereka yang turut berbai’at “Bai’aturridhwan” pada tahun perjanjian Hudaibiyah. Sedang menurut Abu Musa al-Asyari, Said ibnu Muasayyab, al-Hasan dan Qatadah, ialah mereka yang pernah mengalami bershalat di kedua qiblat, Baitul Maqdis dan Ka’bah.

Allah memberitahu bahwa Dia ridha kepada mereka, dan merekapun ridha kepada-Nya, maka celakalah orang membenci atau mencerca mereka, terutama pemimpin mereka sesudah Rasullullah, dan terafdhal diantara mereka adalah khalifah pertama, Abubakar as-Shiddiq r,a


Pada Surah At-Taubah ayat: 101
Terjemahannya :
Di antara orang-orang Arab Badui yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafiq dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafiqannya. (Kamu Muhammad) tidak mengetahui mereka. Kami yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.

Tafsirnya :
Allah Swt memberitahukan kepada Rasul-Nya Muhammad Saw, bahwa diantara orang-orang Arab Badui yang tinggal di sekitar Madinah, dan bahkan diantara penduduk Madinah sendiri, terdapat orang-orang munafiq yang keterlaluan dalam kemunafiqannya. Engkau tidak mengetahui dan mengenal mereka, hai Muhammad. Allah berfirman akan tetapi Kami mengenal dan mengetahui mereka, dan Kami akan menyiksa mereka kelak dua kali, sekali di dunia berupa pembunuhan, penawanan atau kelaparan dan yang kedua kali berupa azab dan siksa kubur. Dan di akhirat nanti, akan dikembalikan kepada azab yang besar, yaitu azab api neraka.

Rasulullah Saw mengetahui bahwa orang-orang yang bergaul dengan beliau, dan yang dilihatnya setiap pagi dan senja daripada pendududuk Madinah ada beberapa yang munafiq, walaupun beliau tidak mengetahui semuanya sebagaimana firman Allah diatas.

Diriwayatkan dari Ibnu Asakir dari Abu Darda, bahwa ada seorang yang benama “Harmala” datang kepada Nabi Saw dan berkata kepada beliau, “iman adalah di sini, sambil menunjuk ke lidahnya, dan kemunafiqan adalah di sini, sambil menunjuk ke dadanya”.

Lalu bersabda Nabi Saw dan berdoa, yang maksudnya :

“Ya Allah berilah dia lidah yang selalu berzikir, hati yang selalu bersyukur dan karunialah rasa cinta kepadaku dan kepada orang yang mencintaiku dan jadikan urusannya menuju kepada kebaikan.”

Berkata selanjutnya “Harmala” kepada Nabi Saw. “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai sahabat beberapa orang munafiq yang dulunya aku ketuai dan kupimpin, dapatkah aku bawa mereka kepadamu?”

Rasululullah menjawab ”Barang siapa di antara mereka datang kepada kami, akan kami mohonkan ampun baginya kepada Allah, barang siapa yang membangkang dengan kemunafiqannya, maka Allah yang berkuasa atasnya Dan janganlah engkau membuka tabir (rahasia) seseorang.”

Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq bahwa Qatada berkata mengenai ayat ini; “Apa maksud orang-orang yang berlagak sok tahu mengatakan si Fulan di surga, si fulan di neraka, padahal jika engkau tanya salah seorang dari mereka tentang dirinya sendiri, ia akan berkata. “Tidak tahu”.

Mereka lancang mulut menyatakan sesuatu. Padahal para Nabi pun tidak dapat menyatakannya seperti itu. – Seperti penegasan Allah pada ayat tersebut : diatas “(engkau ya Muhaammad) tidak mengetahui mereka, Kami (Allah) mengetahui mereka”

Pada Surah Al – Fath : 10
Terjemahannya :
Sesungguhnya orang-orang yang memberi pengakuan taat setia kepadamu (wahai Muhammad - untuk berjuang menentang musuh), mereka hanya memberikan pengakuan taat setia kepada Allah; Allah mengawasi keadaan mereka memberikan taat setia itu (untuk membalasnya). Oleh itu, sesiapa yang tidak menyempurnakan janji setianya maka bahaya tidak menyempurnakan itu hanya menimpa dirinya; dan sesiapa yang menyempurnakan apa yang telah dijanjikannya kepada Allah, maka Allah akan memberi kepadanya pahala yang besar.

Tafsir ibnu Katsier :
Dan sesungguhnya orang-orang yang memberikan bai’at kepadamu hai Muhammad sebagai tanda janji setia, mereka itu seakan-akan memberikan bai’at kepada Allah, sebagai tanda janji setia kepada-Nya. Tangan Allah seakan-akan diatas tangan mereka, tatkala mereka memberikan bai’at kepadamu. Maka barang siapa yang melanggar janji setianya, niscaya akibat pelanggaran itu akan menimpa dirinya sendiri, dan barang siapa yang menepati janjinya yang telah diberikan kepadamu itu dengan berbai’at, maka berarti ia menepati janjinya kepada Allah, dan untuk itu Allah akan memberinya pahala yang besar. Adapun kejadian-kejadian sekitar Baiturridhwan dan pedamaian hudaibiyah, maka diceriterakan bahwa pada bulan Zulqa’dah tahun 6 (enam) Hijriyah Nabi Saw bersama pengikut-pengikutnya hendak mengunjungi Makkah untuk melakukan umrah dan melihat keluarga-keluarga yang telah lama ditinggalkan. Sesampai di hudaibiyah Nabi Saw mengutus Usman bin Affan r,a lebih dahulu ke Makkah untuk menyampaikan maksud kedatangan beliau dan kaum Muslimin.


Usman bin Affan r,a sebagai utusan Rasulullah Saw kepada kaum Quraisy, tidak kunjung kembali karena ia di tahan oleh kaum Quraisy Makkah. Dan sampailah kabar kepada kaum Muslimin bahwa Usman bin Affan r,a telah dibunuh. Maka Nabi Saw segera menganjurkan agar kaum muslimin yang berkekuatan lima belas ribu orang (menurut sementara riwayat), agar melakukan bai’at (janji setia) kepada Nabi Saw. Serta merta merekapun menyambut anjuran Nabi Muhammad Saw dengan bersemangat tinggi memberikan bai’at kepada beliau Saw. Berjanji setia kepadanya dan akan memerangi kaum kuffar Quraisy bersamanya sampai kemenangan tercapai.

Perjanjian setia ini telah diridhai Allah Swt sebagaimana termaktub di dalam surah ini dengan sebutan “Bai’aturridhwan” Baiturridhwan ini telah menggetarkan kaum musyrikin Mekkah, sehingga mereka melepaskan Usman bin Affan r,a, dan mengirim utusan untuk mengadakan perjanjian damai dengan kaum Muslimin, yang terkenal sebagai “Shulhul Hudaibiyah“ (perjanjian Hudaibiyah).

Lebih jauh tentang para sahabat Nabi Saw ini – perhatikan ayat-ayat berikutnya :

Pada Surah Al – Fath : 18
Terjemahannya:
Demi sesungguhnya! Allah reda akan orang-orang yang beriman, ketika mereka memberikan pengakuan taat setia kepadamu (wahai Muhammad) di bawah naungan pohon (yang termaklum di Hudaibiyah); maka (dengan itu) ternyata apa yang sedia diketahuiNya tentang (kebenaran iman dan taat setia) yang ada dalam hati mereka, lalu Ia menurunkan semangat tenang tenteram kepada mereka, dan membalas mereka dengan kemenangan yang dekat masa datangnya.

Tafsir Ibnu Katsier ;
Allah Swt berfirman serta memberitahukan dengan tegas bahwa Dia (Allah) telah meredhai orang-orang mukmin, sahabat-sahabat Rasulullah yang telah memberikan biatnya kepada Nabi Saw sebagai tanda janji setia di bawah sebatang pohon di Hudaibiyah. Allah telah mengetahui apa yang bergelora di dalam hati mereka, orang-orang mukmin itu penuh rasa setia, ta’at dan ikhlas berkorban, Maka Allah menurunkan ketenangan dan ketentraman ke dalam hati mereka, dan memberikan balasan dengan kemenangan yang dekat waktunya yaitu dengan di tanda tanganinya “Perdamaian Hudaibiyah” Kemudian berturut-turut dengan kemenanagan dalam perang “Khaibar”, penaklukan kota Mekkah, dan kota-kota lain.

Pada Surah Al – Fath : 29
Terjemahannya :
Nabi Muhammad (s.a.w) ialah Rasul Allah; dan orang-orang yang bersama dengannya bersikap keras dan tegas terhadap orang-orang kafir yang (memusuhi Islam), dan sebaiknya bersikap kasih sayang serta belas kasihan sesama sendiri (umat Islam). Engkau melihat mereka tetap beribadat rukuk dan sujud, dengan mengharapkan limpah kurnia (pahala) dari Tuhan mereka serta mengharapkan keredaanNya. Tanda yang menunjukkan mereka (sebagai orang-orang yang soleh) terdapat muka mereka - dari kesan sujud (dan ibadat mereka yang ikhlas). Demikianlah sifat mereka yang tersebut di dalam Kitab Taurat; dan sifat mereka di dalam Kitab Injil pula ialah:
(bahawa mereka diibaratkan) sebagai pokok tanaman yang mengeluarkan anak dan tunasnya, lalu anak dan tunasnya itu menyuburkannya, sehingga ia menjadi kuat, lalu ia tegap berdiri di atas (pangkal) batangnya dengan keadaan yang mengagumkan orang-orang yang menanamnya. (Allah menjadikan sahabat-sahabat Nabi Muhammad, s.a.w dan pengikut-pengikutnya berkembang biak serta kuat gagah sedemikian itu) kerana Ia hendak menjadikan orang-orang kafir merana dengan perasaan marah dan hasut dengki - dengan kembang biaknya umat Islam itu. (Dan selain itu) Allah telah menjanjikan orang-orang yang beriman dan beramal soleh dari mereka, keampunan dan pahala yang besar.

Tafsir Ibnu Katsier :
Ini adalah sebuah penegasan Allah tentang siapa Sayyidina Muhammad. Bahwa ia adalah Rasul-Nya, dan utusan-Nya yang haq, tidak dapat diragukan.
Rasul yang mememiliki sifat-sifat dan akhlaq yang terpuji. Demikianlah orang-orang mukmin yang besama dengan dia (Nabi Saw), adalah berwatak keras terhadap orang-orang kafir, dan bersikap lemah lembut, kasih sayang terhadap sesamanya sebagaimana maksud firman Allah dalam

surah At-Taubah ayat : 123
Terjemahannya :
Wahai orang-orang yang beriman! Perangilah orang-orang kafir musyrik yang berdekatan dengan kamu; dan biarlah mereka merasai sikap kekerasan (serta ketabahan hati) yang ada pada kamu; dan ketahuilah sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa (dengan memberikan pertolonganNya).

Selanjutnya, dalam menafsirkan Surah Al- Fath : 29 tersebut, dikemukakan pula sebuah Hadits Nabi Saw yang maknanya sebagai berikut “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam sikap saling cinta dan kasih sayang diantara sesama mereka seperi sesosok tubuh, apabila sesuatu anggota terganggu, maka seluruh tubuh ikut merasa demam dan jaga (tidak tidur)

Selanjutnya Allah mensifatkan mereka, sebagai yang tekun melakukan shalat, ikhlas dalam ibadah, rukuk dan bersujud mencari karunia Allah dan menginginkan redha-Nya, tampak pada wajah mereka tanda-tanda sujud. Mereka diumpamakan didalam Turat dan Injil seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas ini menjadikan tanaman itu kuat, lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus diatas pokoknya. - Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir dengan kekuatan orang-orang mukmin. Dan Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, diberi-Nya ampunan dan pahala yang besar.

Didalam firman Allah yang lain, dapat dilihat bagaimana Dia (Allah) mengkhususkan kehormatan para sahabat Nabi dari kalangan Muhajirin dan Ansar, bahkan Dia (Allah) juga memberi penghormatan khusus kepada generasi yang datang kemudian (selain orang-orang dari kalangan Muhajirin dan Ansar). Lihatlah bagaimana Allah melalui Kitab-Nya Al-Qur’an Yang Mulia berbicara tentang mereka. dan tidak terbatas kepada sahabat-sahabat Nabi Saw yang empat saja atau yang sepuluh saja. Juga berbicara tentang orang-orang yang datang kemudian, yang tidak terbatas hanya kepada generasi Muhajirin dan Ansar saja. Bahkan generasi sesudah generasi dua kelampok ini susul menyusul sepanjang zaman, selagi mereka menghormati generasi yang lebih awal beriman kepada Allah, yang mereka telah ridha kepada Allah, dan Allah pun telah ridha kepada mereka.


Surah Al-Hasyir ayat : 8
Terjemahannya :
(Pemberian itu hendaklah diuntukkan) kepada orang-orang fakir yang berhijrah, yang telah diusir keluar dari kampung halamannya dan harta bendanya (kerana berpegang teguh kepada ajaran Islam), untuk mencari limpah kurnia dari Allah dan keredaanNya, serta menolong (agama) Allah dan RasulNya; mereka itulah orang-orang yang benar (imannya dan amalnya).


Surah Al-Hasyir ini ayat : 9
Terjemahannya :
Dan orang-orang (Ansar) yang mendiami negeri (Madinah) serta beriman sebelum mereka, mengasihi orang-orang yang berhijrah ke negeri mereka, dan tidak ada pula dalam hati mereka perasaan berhajatkan apa yang telah diberi kepada orang-orang yang berhijrah itu; dan mereka juga mengutamakan orang-orang yang berhijrah itu lebih daripada diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam keadaan kekurangan dan amat berhajat. Dan (ingatlah), sesiapa yang menjaga serta memelihara dirinya daripada dipengaruhi oleh tabiat bakhilnya, maka merekalah orang-orang yang berjaya.


Surah Al-Hasyir ayat : 10
Terjemahannya :
Dan orang-orang (Islam) yang datang kemudian daripada mereka (berdoa dengan) berkata: "Wahai Tuhan Kami! Ampunkanlah dosa kami dan dosa saudara-saudara kami yang mendahului kami dalam iman, dan janganlah Engkau jadikan dalam hati perasaan hasut dengki dan dendam terhadap orang-orang yang beriman. Wahai Tuhan kami! Sesungguhnya Engkau Amat Melimpah Belas kasihan dan Rahmat-Mu".


Beginilah Al Qur’an yang suci yang menuturkan tentang sifat-sifat, serta kedudukan mereka dihadapan Allah SW. Inilah perkataan, penegasan dan apa yang dikehendaki oleh Yang Maha Rahman. Ada sebahagian hamba yang di puji-Nya, dan adapula sebahagian hamba yang dinistanya. Sang hamba itu sendirilah yang memilih, berkehendak serta menentukan posisinya. Khusus mengenai ketiga ayat dalam Surah Al-Hasyir ini yakni ayat ke 8, 9 dan 10 kiranya penjelasan dari Mufasssirin, patut kita simak,cermati dan mendengarkan ungkapan mereka, disertai pandangan para pelaku sejarah sehubungan dengan masing-masing ayat tersebut.

Dalam tafsirnya Ibnu Katsier, diuraikan makna ketiga ayat tersebutsebagai berikut :
Umar bin Khatab r,a. dalam wasiatnya mengatakan “Saya berwasiat pada Khalifah sesudahku, supaya berlaku baik terhadap sahabat Muhajirin, supaya mengetahui kedudukan dan kehormatan mereka. Demikian pula aku berwasiat kepada sahabat Ansar supaya dapat menerima segala orang yang baik dari mereka dan memaafkan mereka terhadap kekurangan dan kesalahan mereka.” (R. Bukhari)

Anas r,a, mengatakan bahwa sahabat Muhajirin berkata “Ya Rasulullah, kami belum pernah melihat kaum seperti sahabat Ansar, kami datang kepada mereka, dan mereka menyambut dengan baik, baik yang hidupnya sederhana maupun mereka yang kaya. Mereka sendiri yang mengerjakan segala sesuatu, tetapi bila telah berhasil, lalu mereka membagikan kepada kami, sehingga kami khawatir kalau-kalau mereka akan memborong pahala amal perbuatan baik kami semuanya.”

Jawab Rasululullah Saw “Tidak, selama kamu memuji perbuatan mereka dan berdo’a untuk nereka” Kemudian Nabi Saw memanggil sahabat Ansar untuk diberikan kepada mereka sebagian penghasilan dari Bahrain. Merekapun berkata. “Tidak, yaa Rasulullah, kecuali jika engkau memberikan juga kepada sahabat-sahabat Muhajirin yang sama.” Maka Nabi Saw bersabda yang maknanya “ Jika kalian tidak mau, maka bersabarlah, sampai kalian bertemu padaku di hari qiyamat (dihaud alkausar), dan kalian akan menghadapi saingan sepeninggalku kelak.” (R. Ahmad – Bukhari)


Abuhurairah r,a, berkata : “Sahabat Ansar mengatakan kepada Nabi Saw bagilah kebun kurma kami dengan sahabat Muhajirin”. – “Tidak“ kata Nabi Saw. – Lalu sahabat Ansar berkata “Jika tidak, maka biarlah kami yang mengerjakan, nanti setelah berbuah, akan bagi dengan engkau hasilnya” –“Baiklah”.Jawab mereka, “ kami mendengar dan kami menaatinya”. (R.Bukhari).
Rasululullah Saw memberitahukan kepada sahabat Ansar; “Sesungguhnya kawan-kawanmu para sahabat Muhajirin telah meninggalkan harta dan anak mereka dan mengungsi ketempatmu”.

Jawab sahabat Ansar, “Baiklah kebun-kebun kami akan kami bagi dua dengan mereka”.
Rasulullah Saw bertanya, “Apakah tidak ada yang lebih baik dari itu?”. Merekapun bertanya “Apakah yaa Rasulullah?”. Rasululllah Saw bersabda yang maknanya; “Mereka adalah kaum yang tidak biasa bekerja disawah dan ladang, karena kamu kerjakan semuanya kemudian jika berbuah kamu berikan bagian untuk mereka”. Jawab sahabat Ansar, “Baiklah ya Rasulullah”.

Abubakar Asshiddiq pernah bersedekah dengan semua hartanya, dan ketika ditanya oleh Nabi Saw. “Berapa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu”. – Maka dijawab, “Aku tinggalkan untuk mereka jaminan Allah dan Rasulullah Saw”.
Ini adalah sebagaian kecil dari penjelasan ahli tafsir mengenai ayat-ayat tersebut diatas, serta menggambarkan bagaimana keutamaan sifat-sifat mereka yang di lukiskan Allah di dalam Al Qur’an, serta kecintaan Nabi Saw terhadap mereka. Patutkah kita berseberangan dengan pandangan Allah dan Rasulnya?


Perhatikan Surah An- Nisa’a : 115
Terjemahannya:
Dan sesiapa yang menentang (ajaran) Rasulullah sesudah terang nyata kepadanya kebenaran pertunjuk (yang dibawanya), dan ia pula mengikut jalan yang lain dari jalan orang-orang yang beriman, Kami akan memberikannya kuasa untuk melakukan (kesesatan) yang dipilihnya, dan (pada hari akhirat kelak) Kami akan memasukkannya ke dalam neraka jahanam; dan neraka jahanam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.

Ibnu Katsier dalam menafsirkan ayat ini sebagai berikut :
Bahwa Allah berfirman, barang siapa yang menentang Rasulullah Saw dengan jalan yang bertentangan dengan syari’atnya secara sengaja setelah ternyata kebenarannya, serta menyimpang dan tidak mengikuti jalan yang dilalui oleh para mukminin, maka Allah akan membiarkannya dalam kesesatan dan kelak akan dimasukkan kedalan jahannam. Ayat ini oleh Imam Syafe’i dijadikan dalil bahwa apa yang telah menjadi ijma’ di kalangan umat Muhammad, haramlah dilanggarnya. Karena umat Muhammad secara keseluruhan dilindungi dari berbuat kesalahan maka apa yang sudah disepakati secara ijma’ wajiblah di taati menurut Imam Safe’i dengan dalil ayat 115 ini.

Pada bagian akhir bahasan ini, kiranya patut kami kemukakan sebuah ayat yang membatasi diri kita, agar janganlah terjadi pertengkaran dalam masalah yang menyangkut amalan masing-masing pihak, karena pada akhirnya kita akan dikembalikan kepada Allah untuk mempertanggung jawabkan segala bentuk amal perbuatan kita masing-masing. Karenanya segala bentuk perselisihan faham hendaknya dikesampingkan demi tegaknya sebuah ukhuwah islamiyah kokoh. Hanya dengan persatuan dan kebersamaan aqidah kita mampu menjawab tantangan dunia sekarang dan akan datang. Perpecahan diantara kita, mendatangkan keuntungan yang besar bagi musuh-musuh islam. Pada gilirannya kita akan menjadi umat yang rapuh dalam segala segi sekalipun umat islam unggul didalam jumlah yang banyak, namun keropos laksana tiang yang dimakan rayap.

Surah Asy-Syuura ayat : 15
Terjemahannya ;
Oleh kerana yang demikian itu, maka serulah (mereka - wahai Muhammad - kepada beragama dengan betul), serta tetap teguhlah engkau menjalankannya sebagaimana yang diperintahkan kepadamu, dan janganlah engkau menurut kehendak hawa nafsu mereka; sebaliknya katakanlah: "Aku beriman kepada segala Kitab yang diturunkan oleh Allah, dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah jualah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal kami dan bagi kamu amal kamu. Tidaklah patut ada sebarang pertengkaran antara kami dengan kamu (kerana kebenaran telah jelas nyata). Allah akan menghimpunkan kita bersama (pada hari kiamat), dan kepadaNyalah tempat kembali semuanya (untuk dihakimi dan diberi balasan)". (Asy-Syuura : 15)


Jakarta, Juma’at 26 Desember 2008 M – 28 Dzulqaidah 1429 H

Ali Muhsin Albaar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...