IP

Entri Populer

19 Januari, 2009

Gratis Penerbangan Al Jenaza Airlines dgn Layanan Penuh 24 jam


Di sadur dari blog Adikku, Wirdah Albar : http://baalwy.ning.com/profiles/blogs/gratis-penerbangan-al-jenaza

Bila kita akan 'berangkat" dari alam ini, ia ibarat penerbangan ke sebuah negara.
Dimana informasi tentangnya tidak terdapat dalam brosur penerbangan,
tetapi melalui Al-Qur'an dan Al-Hadist.
Di mana penerbangan bukannya dengan Garuda Airlines, Singapore Airlines,atau US Airlines, tetapi Al-Jenazah Airlines.
Di mana bekal kita bukan lagi tas seberat 23Kg, tetapi amalan yang tak lebih dan tak kurang.
Di mana bajunya bukan lagi Pierre Cardin, atau setaraf dengannya, akan tetapi kain kafan putih.
Di mana pewanginya bukan Channel atau Polo, tetapi air biasa yang suci.
Di mana passport kita bukan Indonesia , British atau American, tetapi Al-Islam.
Di mana visa kita bukan lagi sekedar 6 bulan, tetapi 'Laailaahaillallah'
Di mana pelayannya bukan pramugari jelita, tetapi Izrail dan lain-lain.
Di mana servisnya bukan lagi kelas business atau ekonomi, tetapi sekedar kain yang diwangikan.
Di mana tujuan mendarat bukannya Bandara Cengkareng, Heathrow Airport atau Jeddah International, tetapi tanah pekuburan.
Di mana ruang menunggunya bukan lagi ruangan ber AC dan permadani, tetapi ruang 2x1 meter, gelap gulita.
Di mana pegawai imigrasi adalah Munkar dan Nakir, mereka hanya memeriksa apakah kita layak ke tujuan yang diidamkan.
Di mana tidak perlu satpam dan alat detector.
Di mana lapangan terbang transitnya adalah Al Barzah
Di mana tujuan terakhir apakah Syurga yang mengalir sungai di bawahnya atau Neraka Jahannam.
Penerbangan ini tidak akan dibajak atau dibom, karena itu tak perlu bimbang.
Sajian tidak akan disediakan, oleh karena itu tidak perlu merisaukan masalah alergi atau halal haram makanan.
Jangan risaukan cancel pembatalan, penerbangan ini senantiasa tepat waktunya, ia berangkat dan tiba tepat pada masanya.
Jangan pikirkan tentang hiburan dalam penerbangan, karena anda telah hilang selera bersuka ria.
Jangan bimbang tentang pembelian tiket, karena tiket telah siap di booking sejak ruh anda ditiupkan di dalam rahim ibu.
YA!BERITA BAIK!! Jangan bimbangkan siapa yang duduk di sebelah anda. Anda adalah satu-satunya penumpang penerbangan ini. Oleh karena itu bergembiralah selagi bisa! Dan sekiranya anda bisa!
Hanya ingat! Penerbangan ini datang tanpa 'Pemberitahuan' . Cuma perlu ingat!! Nama anda telah tertulis dalam tiket untuk Penerbangan. ....
Saat penerbangan anda berangkat... tanpa doa Bismillahi Tawakkaltu 'Alallah, atau ungkapan selamat jalan. Tetapi Inalillahi Wa Inna ilaihi Rajiuun....
Anda berangkat pulang ke Rahmatullah. Mati.
ADAKAH KITA TELAH SIAP UNTUK BERANGKAT?
'Orang yang cerdas adalah orang yang mengingat kematian. Karena dengan kecerdasannya dia akan mempersiapkan segala perbekalan untuk menghadapinya. '
ASTAGHFIRULLAH, semoga ALLAH SWT mengampuni kita beserta keluarga...
Amiin
WALLAHU A'LAM

Catatan:
Penerbangan ini berlaku untuk segala umur... tanpa kecuali, maka perbekalan lebih baik dipersiapkan sejak dini..... sangat tidak bijak dan tidak cerdas bagi yang menunda-nunda mempersiapkan perbekalannya.

Kedudukan Para Sahabat Nabi SAW Dalam Al Qur'an


KEDUDUKAN PARA SAHABAT NABI SAW DALAM AL QUR’AN

Dengan memanjatkan Puji, Puja serta Syukur hanya bagi Allah Swt yang menuntun manusia ke jalan hidayah-Nya. Dengan karunia-Nya, manusia beroleh Rahmat dan Kasih Sayang-Nya. Dengan sifat Rahman dan Rahim-Nya manusia beroleh ampunan-Nya. Dengan memanggil nama-nama-Nya yang Agung lagi mulia, manusia dihujani dengan limpahan Rahmat-Nya yang lahir maupun yang batin. Dia mendekati hamba-Nya seolah Dia membutuhkan mereka. Padahal Dia tidak membutuhkan sesuatu juapun, karena seluruhnya tercipta atas kehendak-Nya jua.

Salam dan shalawat kiranya senantiasa tercurah keharibaan insan pilihan-Nya Sayyidina Muahammad Saw, serta keluarganya, kaum kerabatnya, para istrinya, dan para sahabat-sahabatnya, bahkan seluruh umat manusia yang tersentuh dan mengikuti sunnahnya hingga akhir zaman. Tiada seorangpun yang mencintainya melainkan ia telah beroleh hidayah Allah Swt. Tiada seorangpun yang memuliakan, serta meng-agungkannya kecuali mereka yang tersentuh oleh keagungan Yang Maha Agung. Dia (Allah) yang sejak zaman ajali telah memuliakan insan pilihan ini dan memerintahkan umat manusia yang mengaku beriman agar memuliakan Sayyidina Muhammad, agar mereka disentuh oleh sentuhan kasih sayang Ilahi Rabbul ‘Aalamiin.

Tulisan singkat dan ringkas ini, ditulis untuk menjawab beberapa pertanyaan jama’ah majelis ta’lim seputar wilayah para sahabat Nabi Saw menurut pandangan Al Qur’an Al Kariim. Sangat disadari bahwa tulisan ini tidak akan mampu menguak rahasia keagaungan Sayyidina Muhammad Saw beserta kebesaran, keutamaan dan kemuliaan para sahabatnya, hanya dengan mengandalkan itelektualisme serta ilustrasi sejarah didalam dunia islam semata. Karena terbukti sejarah islam yang disajikan kepada umat islam terkadang membingungkan, dan ternodai oleh kepentingan atau maksud dan tujuan tertentu, hasil akhirnya adalah karusakan “Ukhuwah Islamiyah”. Sebabnya adalah keragaman kepentingan yang bersembunyi dibalik label intektual dan sejarahwan berjubah islam yang diragukan kesejatiannya.

Kondisi seperti inilah yang menyebabkan terjadi pendangkalan terhadap pemahaman islam pada zaman kita sekarang ini. Dimana salah satu ciri pendangkalan yang dimaksud itu telah tampak secara kasat mata, ketika orang dengan tidak merasa terbebani oleh kesalahan atau kekeliruan memasuki dan menganggu wilayah kemuliaan para sahabat, para cendekiawan muslim terkemuka pada permulaan perkembangan dunia islam. (abad 1 – 5 hijriyah). Inilah masa hidupnya Sayyidina Muhammad Rasulullah Saw, serta keluarganya, istri-istrinya, para sahabat-sahabat utamanya, mereka adalah sepupunya, mertuanya bahkan menantunya. Pada periode ini juga adalah masa hidupnya orang-orang pilihan Allah, para hafidz, tabi’in, tabiit tabi’in, para imam madzhab sampai kepada para fuqaha (ahli Fiqih) muhadditsin (pemangku hadits), serta para pemikir dan ilmuan terbaik yang pernah dimiliki oleh umat Islam. Kitab-kitab dan karya mereka telah menuntun milyaran umat manusia yang datang kemudian silih berganti sehingga dapat mengenal Sayyidina Muhammad ibni Abdillah Saw, serta mengenal tauhid kepada Allah Swt.

Kita semua pada hakekatnya telah mengetahui secara sadar, bahwa upaya-upaya pengrusakan terhadap islam tidak akan pernah terwujud. Tetapi daya rusaknya akan terasa apabila umat islam diadu domba dari dalam komunitas umat islam sendiri. Artinya islam hanya dapat dikacaukan dengan menggunakan tangan umat islam lainnya. Sekalipun kita yakin seyakin-yakinnya akan janji Allah bahwa Dia (Allah) yang akan menjaga kelestarian agama-Nya – (Dienul Islam). Namun demikian kitapun harus sekuat tenaga menjaganya sesuai dengan kemampuan kita, sebagai manifestasi kepedulian kita terhadap Al Islam. Karena kita sekarang berada pada zaman dimana pengrusakan islam itu diarahkan kedalam komunitas islam itu sendiri dengan membangun subuah opini baru, dengan cara menyuguhkan pemahaman yang sangat bertolak belakang dengan kenyataan sejarah khususnya kepada tokoh-tokoh teladan umat yang hidup pada periode tersebut diatas tadi. Oleh karena itulah tulisan yang sangat terbatas ini, diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran dan jawaban bagi siapa saja, agar setiap memasuki gerbang agama dari cabang ilmu apapun supaya berpegang kepada sumber utama – Al Qur’an serta penjelasan Nabi Saw, yang mulia. Agar jangan sampai kita termasuk kepada kelompok manusia masa kini yang belajar agama dari manusia masa lampau, tetapi menghujat mereka secara membabi buta. Padahal sejatinya kita wajib berterima kasih kepada mereka sebagai wujud syukur kita kepada Allah Swt.


Ini dapat diperoleh dari berbagai tafsir Al Qur’an yang memberikan penjelasan tentang berbagai masalah dengan meriwayatkan penjelasan-penjelasan dari para pelaku sejarah yang mengetahui akan maksud, tujuan serta kejadian tertentu yang menyebabkan turunnya wahyu Allah kepada Sayyidina Muhammad Rasulullah Saw.

Menyadari keterbatasan pengetahuan yang ada pada diri kami, maka materi sebagaimana tertulis pada judul tulisan ini dibahas menurut pandangan Al Qur’an yang berbicara mengenai para sahabat Nabi Saw.

Pada Surah At-Taubah ayat: 100
Terjemahannya :
Dan orang-orang yang terdahulu - yang mula-mula (berhijrah dan memberi bantuan) dari orang-orang "Muhajirin" dan "Ansar", dan orang-orang yang menurut (jejak langkah) mereka dengan kebaikan (iman dan taat), Allah reda akan mereka dan mereka pula reda akan Dia, serta Ia menyediakan untuk mereka Syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; itulah kemenangan yang besar.

Tafsir Ibnu Katsier :
Allah Swt memberitahu tentang redha-Nya kepada orang-orang yang terdahulu dan yang pertama-tama masuk islam dari golongan Muhajirin dan Ansar, serta orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan sebaik- baiknya. Bagi mereka itu semuanya Allah menyediakan kehidupan di surga dengan segala ni’mat dan kebahagiaannya.

Menurut asy-Sya’bi, yang patut dimasukkan ke dalam golongan yang disebut “As-sabiqun al- Awalun” ialah mereka yang turut berbai’at “Bai’aturridhwan” pada tahun perjanjian Hudaibiyah. Sedang menurut Abu Musa al-Asyari, Said ibnu Muasayyab, al-Hasan dan Qatadah, ialah mereka yang pernah mengalami bershalat di kedua qiblat, Baitul Maqdis dan Ka’bah.

Allah memberitahu bahwa Dia ridha kepada mereka, dan merekapun ridha kepada-Nya, maka celakalah orang membenci atau mencerca mereka, terutama pemimpin mereka sesudah Rasullullah, dan terafdhal diantara mereka adalah khalifah pertama, Abubakar as-Shiddiq r,a


Pada Surah At-Taubah ayat: 101
Terjemahannya :
Di antara orang-orang Arab Badui yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafiq dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafiqannya. (Kamu Muhammad) tidak mengetahui mereka. Kami yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.

Tafsirnya :
Allah Swt memberitahukan kepada Rasul-Nya Muhammad Saw, bahwa diantara orang-orang Arab Badui yang tinggal di sekitar Madinah, dan bahkan diantara penduduk Madinah sendiri, terdapat orang-orang munafiq yang keterlaluan dalam kemunafiqannya. Engkau tidak mengetahui dan mengenal mereka, hai Muhammad. Allah berfirman akan tetapi Kami mengenal dan mengetahui mereka, dan Kami akan menyiksa mereka kelak dua kali, sekali di dunia berupa pembunuhan, penawanan atau kelaparan dan yang kedua kali berupa azab dan siksa kubur. Dan di akhirat nanti, akan dikembalikan kepada azab yang besar, yaitu azab api neraka.

Rasulullah Saw mengetahui bahwa orang-orang yang bergaul dengan beliau, dan yang dilihatnya setiap pagi dan senja daripada pendududuk Madinah ada beberapa yang munafiq, walaupun beliau tidak mengetahui semuanya sebagaimana firman Allah diatas.

Diriwayatkan dari Ibnu Asakir dari Abu Darda, bahwa ada seorang yang benama “Harmala” datang kepada Nabi Saw dan berkata kepada beliau, “iman adalah di sini, sambil menunjuk ke lidahnya, dan kemunafiqan adalah di sini, sambil menunjuk ke dadanya”.

Lalu bersabda Nabi Saw dan berdoa, yang maksudnya :

“Ya Allah berilah dia lidah yang selalu berzikir, hati yang selalu bersyukur dan karunialah rasa cinta kepadaku dan kepada orang yang mencintaiku dan jadikan urusannya menuju kepada kebaikan.”

Berkata selanjutnya “Harmala” kepada Nabi Saw. “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai sahabat beberapa orang munafiq yang dulunya aku ketuai dan kupimpin, dapatkah aku bawa mereka kepadamu?”

Rasululullah menjawab ”Barang siapa di antara mereka datang kepada kami, akan kami mohonkan ampun baginya kepada Allah, barang siapa yang membangkang dengan kemunafiqannya, maka Allah yang berkuasa atasnya Dan janganlah engkau membuka tabir (rahasia) seseorang.”

Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq bahwa Qatada berkata mengenai ayat ini; “Apa maksud orang-orang yang berlagak sok tahu mengatakan si Fulan di surga, si fulan di neraka, padahal jika engkau tanya salah seorang dari mereka tentang dirinya sendiri, ia akan berkata. “Tidak tahu”.

Mereka lancang mulut menyatakan sesuatu. Padahal para Nabi pun tidak dapat menyatakannya seperti itu. – Seperti penegasan Allah pada ayat tersebut : diatas “(engkau ya Muhaammad) tidak mengetahui mereka, Kami (Allah) mengetahui mereka”

Pada Surah Al – Fath : 10
Terjemahannya :
Sesungguhnya orang-orang yang memberi pengakuan taat setia kepadamu (wahai Muhammad - untuk berjuang menentang musuh), mereka hanya memberikan pengakuan taat setia kepada Allah; Allah mengawasi keadaan mereka memberikan taat setia itu (untuk membalasnya). Oleh itu, sesiapa yang tidak menyempurnakan janji setianya maka bahaya tidak menyempurnakan itu hanya menimpa dirinya; dan sesiapa yang menyempurnakan apa yang telah dijanjikannya kepada Allah, maka Allah akan memberi kepadanya pahala yang besar.

Tafsir ibnu Katsier :
Dan sesungguhnya orang-orang yang memberikan bai’at kepadamu hai Muhammad sebagai tanda janji setia, mereka itu seakan-akan memberikan bai’at kepada Allah, sebagai tanda janji setia kepada-Nya. Tangan Allah seakan-akan diatas tangan mereka, tatkala mereka memberikan bai’at kepadamu. Maka barang siapa yang melanggar janji setianya, niscaya akibat pelanggaran itu akan menimpa dirinya sendiri, dan barang siapa yang menepati janjinya yang telah diberikan kepadamu itu dengan berbai’at, maka berarti ia menepati janjinya kepada Allah, dan untuk itu Allah akan memberinya pahala yang besar. Adapun kejadian-kejadian sekitar Baiturridhwan dan pedamaian hudaibiyah, maka diceriterakan bahwa pada bulan Zulqa’dah tahun 6 (enam) Hijriyah Nabi Saw bersama pengikut-pengikutnya hendak mengunjungi Makkah untuk melakukan umrah dan melihat keluarga-keluarga yang telah lama ditinggalkan. Sesampai di hudaibiyah Nabi Saw mengutus Usman bin Affan r,a lebih dahulu ke Makkah untuk menyampaikan maksud kedatangan beliau dan kaum Muslimin.


Usman bin Affan r,a sebagai utusan Rasulullah Saw kepada kaum Quraisy, tidak kunjung kembali karena ia di tahan oleh kaum Quraisy Makkah. Dan sampailah kabar kepada kaum Muslimin bahwa Usman bin Affan r,a telah dibunuh. Maka Nabi Saw segera menganjurkan agar kaum muslimin yang berkekuatan lima belas ribu orang (menurut sementara riwayat), agar melakukan bai’at (janji setia) kepada Nabi Saw. Serta merta merekapun menyambut anjuran Nabi Muhammad Saw dengan bersemangat tinggi memberikan bai’at kepada beliau Saw. Berjanji setia kepadanya dan akan memerangi kaum kuffar Quraisy bersamanya sampai kemenangan tercapai.

Perjanjian setia ini telah diridhai Allah Swt sebagaimana termaktub di dalam surah ini dengan sebutan “Bai’aturridhwan” Baiturridhwan ini telah menggetarkan kaum musyrikin Mekkah, sehingga mereka melepaskan Usman bin Affan r,a, dan mengirim utusan untuk mengadakan perjanjian damai dengan kaum Muslimin, yang terkenal sebagai “Shulhul Hudaibiyah“ (perjanjian Hudaibiyah).

Lebih jauh tentang para sahabat Nabi Saw ini – perhatikan ayat-ayat berikutnya :

Pada Surah Al – Fath : 18
Terjemahannya:
Demi sesungguhnya! Allah reda akan orang-orang yang beriman, ketika mereka memberikan pengakuan taat setia kepadamu (wahai Muhammad) di bawah naungan pohon (yang termaklum di Hudaibiyah); maka (dengan itu) ternyata apa yang sedia diketahuiNya tentang (kebenaran iman dan taat setia) yang ada dalam hati mereka, lalu Ia menurunkan semangat tenang tenteram kepada mereka, dan membalas mereka dengan kemenangan yang dekat masa datangnya.

Tafsir Ibnu Katsier ;
Allah Swt berfirman serta memberitahukan dengan tegas bahwa Dia (Allah) telah meredhai orang-orang mukmin, sahabat-sahabat Rasulullah yang telah memberikan biatnya kepada Nabi Saw sebagai tanda janji setia di bawah sebatang pohon di Hudaibiyah. Allah telah mengetahui apa yang bergelora di dalam hati mereka, orang-orang mukmin itu penuh rasa setia, ta’at dan ikhlas berkorban, Maka Allah menurunkan ketenangan dan ketentraman ke dalam hati mereka, dan memberikan balasan dengan kemenangan yang dekat waktunya yaitu dengan di tanda tanganinya “Perdamaian Hudaibiyah” Kemudian berturut-turut dengan kemenanagan dalam perang “Khaibar”, penaklukan kota Mekkah, dan kota-kota lain.

Pada Surah Al – Fath : 29
Terjemahannya :
Nabi Muhammad (s.a.w) ialah Rasul Allah; dan orang-orang yang bersama dengannya bersikap keras dan tegas terhadap orang-orang kafir yang (memusuhi Islam), dan sebaiknya bersikap kasih sayang serta belas kasihan sesama sendiri (umat Islam). Engkau melihat mereka tetap beribadat rukuk dan sujud, dengan mengharapkan limpah kurnia (pahala) dari Tuhan mereka serta mengharapkan keredaanNya. Tanda yang menunjukkan mereka (sebagai orang-orang yang soleh) terdapat muka mereka - dari kesan sujud (dan ibadat mereka yang ikhlas). Demikianlah sifat mereka yang tersebut di dalam Kitab Taurat; dan sifat mereka di dalam Kitab Injil pula ialah:
(bahawa mereka diibaratkan) sebagai pokok tanaman yang mengeluarkan anak dan tunasnya, lalu anak dan tunasnya itu menyuburkannya, sehingga ia menjadi kuat, lalu ia tegap berdiri di atas (pangkal) batangnya dengan keadaan yang mengagumkan orang-orang yang menanamnya. (Allah menjadikan sahabat-sahabat Nabi Muhammad, s.a.w dan pengikut-pengikutnya berkembang biak serta kuat gagah sedemikian itu) kerana Ia hendak menjadikan orang-orang kafir merana dengan perasaan marah dan hasut dengki - dengan kembang biaknya umat Islam itu. (Dan selain itu) Allah telah menjanjikan orang-orang yang beriman dan beramal soleh dari mereka, keampunan dan pahala yang besar.

Tafsir Ibnu Katsier :
Ini adalah sebuah penegasan Allah tentang siapa Sayyidina Muhammad. Bahwa ia adalah Rasul-Nya, dan utusan-Nya yang haq, tidak dapat diragukan.
Rasul yang mememiliki sifat-sifat dan akhlaq yang terpuji. Demikianlah orang-orang mukmin yang besama dengan dia (Nabi Saw), adalah berwatak keras terhadap orang-orang kafir, dan bersikap lemah lembut, kasih sayang terhadap sesamanya sebagaimana maksud firman Allah dalam

surah At-Taubah ayat : 123
Terjemahannya :
Wahai orang-orang yang beriman! Perangilah orang-orang kafir musyrik yang berdekatan dengan kamu; dan biarlah mereka merasai sikap kekerasan (serta ketabahan hati) yang ada pada kamu; dan ketahuilah sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa (dengan memberikan pertolonganNya).

Selanjutnya, dalam menafsirkan Surah Al- Fath : 29 tersebut, dikemukakan pula sebuah Hadits Nabi Saw yang maknanya sebagai berikut “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam sikap saling cinta dan kasih sayang diantara sesama mereka seperi sesosok tubuh, apabila sesuatu anggota terganggu, maka seluruh tubuh ikut merasa demam dan jaga (tidak tidur)

Selanjutnya Allah mensifatkan mereka, sebagai yang tekun melakukan shalat, ikhlas dalam ibadah, rukuk dan bersujud mencari karunia Allah dan menginginkan redha-Nya, tampak pada wajah mereka tanda-tanda sujud. Mereka diumpamakan didalam Turat dan Injil seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas ini menjadikan tanaman itu kuat, lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus diatas pokoknya. - Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir dengan kekuatan orang-orang mukmin. Dan Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, diberi-Nya ampunan dan pahala yang besar.

Didalam firman Allah yang lain, dapat dilihat bagaimana Dia (Allah) mengkhususkan kehormatan para sahabat Nabi dari kalangan Muhajirin dan Ansar, bahkan Dia (Allah) juga memberi penghormatan khusus kepada generasi yang datang kemudian (selain orang-orang dari kalangan Muhajirin dan Ansar). Lihatlah bagaimana Allah melalui Kitab-Nya Al-Qur’an Yang Mulia berbicara tentang mereka. dan tidak terbatas kepada sahabat-sahabat Nabi Saw yang empat saja atau yang sepuluh saja. Juga berbicara tentang orang-orang yang datang kemudian, yang tidak terbatas hanya kepada generasi Muhajirin dan Ansar saja. Bahkan generasi sesudah generasi dua kelampok ini susul menyusul sepanjang zaman, selagi mereka menghormati generasi yang lebih awal beriman kepada Allah, yang mereka telah ridha kepada Allah, dan Allah pun telah ridha kepada mereka.


Surah Al-Hasyir ayat : 8
Terjemahannya :
(Pemberian itu hendaklah diuntukkan) kepada orang-orang fakir yang berhijrah, yang telah diusir keluar dari kampung halamannya dan harta bendanya (kerana berpegang teguh kepada ajaran Islam), untuk mencari limpah kurnia dari Allah dan keredaanNya, serta menolong (agama) Allah dan RasulNya; mereka itulah orang-orang yang benar (imannya dan amalnya).


Surah Al-Hasyir ini ayat : 9
Terjemahannya :
Dan orang-orang (Ansar) yang mendiami negeri (Madinah) serta beriman sebelum mereka, mengasihi orang-orang yang berhijrah ke negeri mereka, dan tidak ada pula dalam hati mereka perasaan berhajatkan apa yang telah diberi kepada orang-orang yang berhijrah itu; dan mereka juga mengutamakan orang-orang yang berhijrah itu lebih daripada diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam keadaan kekurangan dan amat berhajat. Dan (ingatlah), sesiapa yang menjaga serta memelihara dirinya daripada dipengaruhi oleh tabiat bakhilnya, maka merekalah orang-orang yang berjaya.


Surah Al-Hasyir ayat : 10
Terjemahannya :
Dan orang-orang (Islam) yang datang kemudian daripada mereka (berdoa dengan) berkata: "Wahai Tuhan Kami! Ampunkanlah dosa kami dan dosa saudara-saudara kami yang mendahului kami dalam iman, dan janganlah Engkau jadikan dalam hati perasaan hasut dengki dan dendam terhadap orang-orang yang beriman. Wahai Tuhan kami! Sesungguhnya Engkau Amat Melimpah Belas kasihan dan Rahmat-Mu".


Beginilah Al Qur’an yang suci yang menuturkan tentang sifat-sifat, serta kedudukan mereka dihadapan Allah SW. Inilah perkataan, penegasan dan apa yang dikehendaki oleh Yang Maha Rahman. Ada sebahagian hamba yang di puji-Nya, dan adapula sebahagian hamba yang dinistanya. Sang hamba itu sendirilah yang memilih, berkehendak serta menentukan posisinya. Khusus mengenai ketiga ayat dalam Surah Al-Hasyir ini yakni ayat ke 8, 9 dan 10 kiranya penjelasan dari Mufasssirin, patut kita simak,cermati dan mendengarkan ungkapan mereka, disertai pandangan para pelaku sejarah sehubungan dengan masing-masing ayat tersebut.

Dalam tafsirnya Ibnu Katsier, diuraikan makna ketiga ayat tersebutsebagai berikut :
Umar bin Khatab r,a. dalam wasiatnya mengatakan “Saya berwasiat pada Khalifah sesudahku, supaya berlaku baik terhadap sahabat Muhajirin, supaya mengetahui kedudukan dan kehormatan mereka. Demikian pula aku berwasiat kepada sahabat Ansar supaya dapat menerima segala orang yang baik dari mereka dan memaafkan mereka terhadap kekurangan dan kesalahan mereka.” (R. Bukhari)

Anas r,a, mengatakan bahwa sahabat Muhajirin berkata “Ya Rasulullah, kami belum pernah melihat kaum seperti sahabat Ansar, kami datang kepada mereka, dan mereka menyambut dengan baik, baik yang hidupnya sederhana maupun mereka yang kaya. Mereka sendiri yang mengerjakan segala sesuatu, tetapi bila telah berhasil, lalu mereka membagikan kepada kami, sehingga kami khawatir kalau-kalau mereka akan memborong pahala amal perbuatan baik kami semuanya.”

Jawab Rasululullah Saw “Tidak, selama kamu memuji perbuatan mereka dan berdo’a untuk nereka” Kemudian Nabi Saw memanggil sahabat Ansar untuk diberikan kepada mereka sebagian penghasilan dari Bahrain. Merekapun berkata. “Tidak, yaa Rasulullah, kecuali jika engkau memberikan juga kepada sahabat-sahabat Muhajirin yang sama.” Maka Nabi Saw bersabda yang maknanya “ Jika kalian tidak mau, maka bersabarlah, sampai kalian bertemu padaku di hari qiyamat (dihaud alkausar), dan kalian akan menghadapi saingan sepeninggalku kelak.” (R. Ahmad – Bukhari)


Abuhurairah r,a, berkata : “Sahabat Ansar mengatakan kepada Nabi Saw bagilah kebun kurma kami dengan sahabat Muhajirin”. – “Tidak“ kata Nabi Saw. – Lalu sahabat Ansar berkata “Jika tidak, maka biarlah kami yang mengerjakan, nanti setelah berbuah, akan bagi dengan engkau hasilnya” –“Baiklah”.Jawab mereka, “ kami mendengar dan kami menaatinya”. (R.Bukhari).
Rasululullah Saw memberitahukan kepada sahabat Ansar; “Sesungguhnya kawan-kawanmu para sahabat Muhajirin telah meninggalkan harta dan anak mereka dan mengungsi ketempatmu”.

Jawab sahabat Ansar, “Baiklah kebun-kebun kami akan kami bagi dua dengan mereka”.
Rasulullah Saw bertanya, “Apakah tidak ada yang lebih baik dari itu?”. Merekapun bertanya “Apakah yaa Rasulullah?”. Rasululllah Saw bersabda yang maknanya; “Mereka adalah kaum yang tidak biasa bekerja disawah dan ladang, karena kamu kerjakan semuanya kemudian jika berbuah kamu berikan bagian untuk mereka”. Jawab sahabat Ansar, “Baiklah ya Rasulullah”.

Abubakar Asshiddiq pernah bersedekah dengan semua hartanya, dan ketika ditanya oleh Nabi Saw. “Berapa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu”. – Maka dijawab, “Aku tinggalkan untuk mereka jaminan Allah dan Rasulullah Saw”.
Ini adalah sebagaian kecil dari penjelasan ahli tafsir mengenai ayat-ayat tersebut diatas, serta menggambarkan bagaimana keutamaan sifat-sifat mereka yang di lukiskan Allah di dalam Al Qur’an, serta kecintaan Nabi Saw terhadap mereka. Patutkah kita berseberangan dengan pandangan Allah dan Rasulnya?


Perhatikan Surah An- Nisa’a : 115
Terjemahannya:
Dan sesiapa yang menentang (ajaran) Rasulullah sesudah terang nyata kepadanya kebenaran pertunjuk (yang dibawanya), dan ia pula mengikut jalan yang lain dari jalan orang-orang yang beriman, Kami akan memberikannya kuasa untuk melakukan (kesesatan) yang dipilihnya, dan (pada hari akhirat kelak) Kami akan memasukkannya ke dalam neraka jahanam; dan neraka jahanam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.

Ibnu Katsier dalam menafsirkan ayat ini sebagai berikut :
Bahwa Allah berfirman, barang siapa yang menentang Rasulullah Saw dengan jalan yang bertentangan dengan syari’atnya secara sengaja setelah ternyata kebenarannya, serta menyimpang dan tidak mengikuti jalan yang dilalui oleh para mukminin, maka Allah akan membiarkannya dalam kesesatan dan kelak akan dimasukkan kedalan jahannam. Ayat ini oleh Imam Syafe’i dijadikan dalil bahwa apa yang telah menjadi ijma’ di kalangan umat Muhammad, haramlah dilanggarnya. Karena umat Muhammad secara keseluruhan dilindungi dari berbuat kesalahan maka apa yang sudah disepakati secara ijma’ wajiblah di taati menurut Imam Safe’i dengan dalil ayat 115 ini.

Pada bagian akhir bahasan ini, kiranya patut kami kemukakan sebuah ayat yang membatasi diri kita, agar janganlah terjadi pertengkaran dalam masalah yang menyangkut amalan masing-masing pihak, karena pada akhirnya kita akan dikembalikan kepada Allah untuk mempertanggung jawabkan segala bentuk amal perbuatan kita masing-masing. Karenanya segala bentuk perselisihan faham hendaknya dikesampingkan demi tegaknya sebuah ukhuwah islamiyah kokoh. Hanya dengan persatuan dan kebersamaan aqidah kita mampu menjawab tantangan dunia sekarang dan akan datang. Perpecahan diantara kita, mendatangkan keuntungan yang besar bagi musuh-musuh islam. Pada gilirannya kita akan menjadi umat yang rapuh dalam segala segi sekalipun umat islam unggul didalam jumlah yang banyak, namun keropos laksana tiang yang dimakan rayap.

Surah Asy-Syuura ayat : 15
Terjemahannya ;
Oleh kerana yang demikian itu, maka serulah (mereka - wahai Muhammad - kepada beragama dengan betul), serta tetap teguhlah engkau menjalankannya sebagaimana yang diperintahkan kepadamu, dan janganlah engkau menurut kehendak hawa nafsu mereka; sebaliknya katakanlah: "Aku beriman kepada segala Kitab yang diturunkan oleh Allah, dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah jualah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal kami dan bagi kamu amal kamu. Tidaklah patut ada sebarang pertengkaran antara kami dengan kamu (kerana kebenaran telah jelas nyata). Allah akan menghimpunkan kita bersama (pada hari kiamat), dan kepadaNyalah tempat kembali semuanya (untuk dihakimi dan diberi balasan)". (Asy-Syuura : 15)


Jakarta, Juma’at 26 Desember 2008 M – 28 Dzulqaidah 1429 H

Ali Muhsin Albaar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...